Pengertian penilaian informal
Penilaian informal melibatkan interaksi dalam ruangan kelas ketika para guru menilai perilaku siswa-siswa mereka. Ketika seorang guru mengililingi ruangan mengecek siswa yang sedang mengerjakan tugas mereka, mengamati seorang siswa membaca sebuah paragraf dengan nyaring, atau mengamati tiga siswa yang bekerja secara kooperatif pada sebuah proyek kelas, maka dapat dikatakan bahwa guru tersebut sedang melakukan penilain informal. Penilaian informal juga termasuk ketika guru bertanya kepada siswa dan memperhatikan tanggapan siswa.
90% penilaian di dalam ruangan kelas adalah penilaian informal. Ketika menyajikan pelajaran, secara bersamaan guru juga memonitor siswa-siswa mereka. Sebagai guru, kita sering bergantung pada tanggapan siswa untuk membantu kita sebagai guru menentukkan apakah pelajaran berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Siswa-siswa tersebut menyediakan umpan balik apakah mereka mengerti dan mampu mengikuti pelajaran yang kita sajikan. Melalui bahasa tubuh mereka kita dapat menyimpulkan apakah mereka paham atau tidak. Jika umpan balik yang guru terima dari siswa yang diamati, guru boleh memilih untuk menanyakan pertanyaan secara langsung untuk menilai pemahaman, atau guru meminta kepada mereka untuk menggunakan keterampilan-keterampilan yang guru berusaha untuk ajarkan kepada mereka untuk melihat apakah mereka telah menguasai keterampilan-keteraampilan tersebut. Dibutuhkan waktu dan usaha untuk menjadi ahli dalam penilaian informal, dan juga membutuhkan waktu dan praktek untuk lancar dalam penilaian informal.
Jenis-Jenis Penilaian Informal
Penilaian informal terbagi dua yaitu observasi informal dan pertanyaan-pertanyaan.
a. Observasi informal
Sebagai seorang guru, aktivitas yang paling umum di lakukan adalah observasi informal terhadap siswa-siswa . Guru akan mengobservasi siswa ketika sedang memberikan kuliah atau menjelaskan petunjuk-petunjuk dalam berbagai kegiatan. Guru akan mengamati untuk melihat apakah siswa-siswa menyimak penjelasan guru dan apakah mereka mengerti dengan apa yang guru ucapkan. Di waktu yang berbeda guru mungkin meminta siswa-siswa untuk melakukan sesuatu di meja mereka, misalnya sebuah tugas. Guru bisa mengamati mereka dari depan ruangan untuk melihat apakah mereka bekerja/mengerjakan tugas tersebut atau mungkin anda berjalan mengelilingi ruangan dan mengecek apakah mereka melengkapi tugas yang guru berikan dengan baik dan benar. Ada banyak cara dimana guru bisa mengobservasi siswa ketika melengkapi tugas-tugas akademik mereka.
Ada banyak kegiatan siswa yang juga guru bisa observasi selain tugas akademik. Misalnya, mungkin gurua mengamati bagaimana Micah, siswa yang baru saja pindah ke kelas, berinteraksi atau melakukan interaksi sosial dengan teman kelasnya. Guuru juga bisa mengamati siswa apakah mereka termotivasi dengan pelajaran yang guru berikan, apakah siswa antusias terlibat dalam kegiatan pembelajaran atau mungkin mereka menunjukkan tanda-tanda kebosanan. Guru juga bisa mengamati siswa secara individual yang mungkin memiliki masalah dengan konsentrasi untuk melihat apakah guru bisa menemukan apa yang menginterfensi kemampuan konsentrasi mereka. Pastinya, ada banyak karateristik dari siswa yang bisa di amati.
b. Pertanyaan
Biasanya bertanya kepada siswa adalah praktek/kegiatan kelas yang paling umum. Guru menanyakan pertanyaan kepada siswa untuk berbagai alasan. Sekali waktu, guru menggunakan pertanyaan sebagai alat yang sederhana untuk selalu melibatkan siswa dalam pelajaran. Di lain waktu, pertanyaan-pertanyaan guru di desain untuk mengetahui pemahaman dasar/awal siswa tentang sebuah konsep untuk menyediakan awal yang baik untuk sebuah penjelasan atau pelajaran. Guru juga menggunakan pertanyaan agar pelajaran tetap fokus pada tingkat yang sesuai. Misalnya, jika tujuan pembelajaran adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk menganalisa sebuah situasi tertentu, kemudian pertanyaan-pertanyaan tentang analysis akan membuat siswa tetap fokus pada tujuan tersebut. Di kesempatan lain, guru menggunakan pertanyaan-pertanyaan untuk membantu siswa mendapatkan praktek pada sebuah keterampilan.
Karateristik Penilaian Informal
Ada 10 karatersitik penilaian informal:
1. Observasi dan pertanyaan-pertanyaan informal di rancang untuk untuk membuat pengajaran guru lebih efektif. Kebanyakan observasi dan pertanyaan informal di rancang sebagai tehnik penilaian formatif (lihat bab 1). Intinya, ini berarti bahwa observasi dan pertanyaan informal dirancang untuk memberi guru umpan balik bagaimana kemajuan materi yang mereka ajarkan sehingga mereka dapat membuat perubahan untuk mencapai tujuan. Guru mungkin akan bertanya pada diri anda sendiri apakah siswa mengerti dengan tahap 1 pada prosedur yang guru ajarkan. Jika guru yakin, melalui observasi dan pertanyaan informal, bahwa mereka memiliki kemampuan untuk melakukan tahap 1, kemudian guru siap lanjut ke tahap 2. Meskipun demikian, jika penilaian informal anda menuntun guru kepada kepercayaan bahwa siswa masih perlu waktu untuk memahami tahap 1, maka anda perlu memberikan bantuan dan praktek tambahan pada tahap tersebut.
Penilaian formatif dapat diarahkan langsung ke kelas secara keseluruhan atau bisa diarahkan pada siswa-siswa tertentu. Meskipun kebanyakan siswa sudah dipersiapkan untuk melangkah ke tahap 2, beberapa siswa mungkin masih bingung dan membutuhkan instruksi tambahan.
2. Observasi dan pertanyaan umumnya menuntun ke observasi dan pertanyaan tambahan.
Tidak menutup kemungkinan guru akan mampu menjawab pertanyaan yang guru miliki tentang siswa, guru hanya dengan sebuah observasi atau pertanyaan tunggal. Sangat sering, guru akan mendapati diri sendiri harus menanyakan serangkaian pertanyaan atau membuat sejumlah observasi sampai guru merasa puas bahwa guru telah menemukan apa yang perlu guru ketahui. Mungkin pertanyaan pertama yang guru akan tanyakan akan menghapus satu atau dua hipotesis yang guru miliki tentang mengapa seorang siswa tampak bingung. Lebih sering, tanggapan siswa pada pertanyaan pertama tersebut akan mengarahkan guru ke pertanyaan tambahan sampai guru mempersempit hipotesis-hipotesis yang guru telah putuskan. Dilain waktu, guru akan memberikan kuis pada siswa untuk melihat apakah dia dapat menggunakan keterampilan yang baru saja guru ajarkan. Kemudian, guru akan menguji siswa yang lain dengan pertanyaan yang sama untuk meyakinkan bahwa mereka juga dapat menggunakan keterampilan tersebut.
3. Kebanyakan observasi dan pertanyaan cepat dilupakan. Karena kita cenderung untuk membuat banyak observasi dan menanyakan banyak pertanyaan dalam sehari, akan sangat tidak mungkin untuk kita untuk mengingat banyaknya respon siswa. Oleh karena itu, guru harus merencanakan untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan dan membuat observasi yang mungkin guru mampu untuk gunakan dalam kurun waktu yang relatif singkat, didalam beberapa menit kedepan. Ketika guru menyajikan sebuah pelajaran, observasi dan pertanyaan yang paling efektif adalah observasi dan pertanyaan yang akan memudahkan guru merubah petunjuk yang baru saja guru lakukan untuk memperbaiki/meningkatkan pelajaran.
4. Banyak hal yang terjadi diruangan kelas tidak diamati. Sebagai guru tidak bisa memperhatikan pada segala sesuatu yang terjadi didalam ruangan kelas dalam sekali waktu. Oleh karena itu guru harus mengetahui bahawa melalui pertanyaan-pertanyaan dan observasi guru, guru hanya mendapatkan sedikit contoh perilaku dari sekian banyak perilaku yang dapat guru observasi. Guru berharap bahwa perilaku yang guru amati adalah mewakili seluruh perilaku yang tidak sempat di amati, tetapi guru tidak yakin akan hal tersebut. Oleh karena itu, kadang-kadang observasi dan pertanyaan akan kurang reliabel dan kurang valid dan kesimpulan yang guru buat dari observasi-observasi dan pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat bersifat eror atau mengandung kesalahan. Sedapat mungkin guru harus meminimalkan tingkat kesalahan dalam kesimpulan yang di buat.
5. Semakin guru terlalu fokus pada suatu tingkah laku, semakin cenderung guru akan kehilangan informasi penting yang lainnya. Hampir disetiap keadaan, guru akan kehilangan banyak perilaku yang sebenarnya bisa di amati dalam ruangan kelas. Meskipun demikian, ketika guru fokus pada seorang siswa atau satu jenis observasi, dapat dikatakan guru sedang berkonsentrasi pada siswa tersebut atau pada perilaku tersebut. Sebagai hasil dari konsentrasi tersebut, guru cenderung kehilangan hal lain yang terjadi dalam ruangan kelas. Oleh karena itu, pada situasi dimana guru butuh untuk lebih memonitor kelas secara keseluruhan, akan menjadi kurang mampu untuk melaksanakan berkonsentrasi observasi tersebut. Observasi penuh atau observasi yang fokus harus menunggu sampai waktu yang tepat yaitu ketika siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan produktif dan guru merasa bahwa sudah waktunya untuk berkonsentrasi pada seorang siswa tertentu atau sebuah perilaku tertentu.
6. Meskipun anda fokus pada sebuah observasi, guru harus tetap memperhatikan tingkah laku kritis lainnya. Dalam kelas, harus dengan cepat mengalihkan perhatian dari satu aktivitas ke aktivitas yang lainnya. “Multitasking” sangat penting dalam ruangan kelas. Misalnya, sebagai seorang guru perlu untuk mengikuti rencana pembelajaran , mengawasinya, dan memperhatikan siswa dalam waktu yang bersamaan. Hal ini dan tugas-tugas yang lainnya adalah penting dan harus dimonitor meskipun pada saat yang bersamaan guru melakukan observasi.
7. Pengalaman tentang observasi dan pertanyaan membuat guru lebih efektif dalam penggunaannya. Semakin sering guru menggunakan observasi dan pertanyaan, maka semakin efektif dalam membuat penilaian informal. Pengalaman bisa membantu menilai situasi dengan lebih cepat dan lebih mudah. Dengan pengalaman guru akan semakin lebih baik dalam membuat observasi dan menanyakan pertanyaan yang tepat karena telah sering melaksanakannya. Guru yang berpengalaman dengan cepat tahu apa yang seharusnya di amati atau pertanyaan apa yang harus di tanyakan.
8. Pengalaman guru terhadap perilaku yang sedang amati akan menjadikan guru observer yang lebih baik. Ketika memiliki berpengelaman/terbiasa dengan perilaku yang guru amati, guru adalah seorang observer yang lebih baik. Jika harus mengamati sebuah perilaku yang tidak familiar dengan perilaku tersebut, guru akan lebih mampu untuk memperhatikan berbagai aspek dari perilaku tersebut dan akan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.
9. Observasi dan pertanyaan permulaaan mungkin menuntun guru untuk membuat hipotesis-hipotesis sementara yang bisa menuntun ke observasi dan pertanyaan berikut. Sangat jarang sebuah observasi atau pertanyaan tunggal akan menjawab sebuah pertanyaan yang meragukan yang mungkin guru miliki tentang seorang siswa atau kelas secara keseluruahan. Contohnya, ketika guru baru mengajarkan matematika tentang logaritma di kelas 6, mungkin siswa bingung tentang prosedur dan salah dalam mengerjakannya sebelumnya. Asumsi awal guru adalah mungkin siswa-siswa tersebut bingung akan beberapa langkah pada logaritma dibanding dengan logaritma matematika lain yang baru saja guru ajarkan.
Asumsi ini menjadi hipotesis pertama guru. Gurua bisa menanyakan pertanyaan pada siswa untuk melihat jika guru mampu membuktikan hipotesis ini. Selama guru melaksanakan prosedur, menanyakan pertanyaan dan mengamati tanggapan-tanggapan siswa, sampai guru merasa yakin bahwa guru memahami mengapa mereka bingung. Kemudian guru bisa berusaha untuk menghapus sumber kebingungan tersebut.
Proses ini disebut sebagai sebuah proses iterative. Guru harus mengulang proses pembentukan hipotesis, menanyakan pertanyaan atau melakukan observasi yang baik yang mendukung maupun yang tidak mendukung hipotesis, sampai guru mendapatkan sebuah kesimpulan yang memuaskan.
10. Hipotesis-hipotesis yang terencana/disusun dengan baik kadang-kadang juga ditentukan salah. Meskipun guru telah melengkapi proses interaktif seperti yang dijelaskan sebelumnya dan memiliki sebuah kesimpulan yang memuaskan, ada saatnya dimana guru menemukan bahwa kesimpulan-kesimpulan guru salah atau kurang lengkap. Ini adalah situasi yang membingungkan. Hal ini tidak sering terjadi. Meskipun demikian, harus siap untuk situasi-situasi tersebut dan harus terbuka terhadap kenyataan bahwa keterampilan observasi dan pertanyaan, sejalan dengan logika guru adalah keliru sewaktu-waktu bisa saja membuat kesalahan.
Perencanaan Untuk Observasi dan Pertanyaan
Penilaian informal akan berjalan baik jika guru merencanakan nya dengan baik. Penilaian informal adalah bagian integral dari pengajaran dan oleh karena itu terintegrasi dengan baik kedalam rencana pembelajaran. Observasi dan pertanyaan informal perlu di sesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru harus mampu untuk memilih perilaku mana yang ingin amati ketika berusaha menentukan reliabilitas (konsistensi) dan validitas (mengamati perilaku yang tepat).
- Memilih tingkah laku yang ingin dimati
Bagaimana guru memilih tingkah laku mana yang anda ingin amati? Sekali waktu, jawaban untuk pertanyaan ini adalah nyata atau kadang-kadang merujuk sebagai “no-brainer”. Meskipun demikian, sangat penting untuk memahami mengapa memutuskan untuk mengamati beberapa perilaku daripada perilaku yang lainnya.
Untuk memulainya, guru perlu membedakan antara “learning – pembelajaran” (kadang-kadang dikenal sebagai “capabilities ”) dan performance. Guru tidak bisa secara langsung mengamati pembelajaran atau capabilities. Ketika siswa telah belajar apa yang mereka mampu untuk lakukan terletak disuatu tempat pada siswa itu sendiri. Hal ini belum bisa anda ukur. Guru harus menanyakan kepada siswa untuk menunjukkan betapa perilaku yang guru harapkan yang akan mendemonstrasikan pembelajaran atau kapabilitas mereka. Guru harus memilih sebuah perilaku (atau beberapa perilaku) yang percaya akan mendemonstrasikan pembelajaran siswa.
Sebagai tambahan, akan banyak waktu, ketika guru akan tertarik memilih perilaku-perilaku yang bisa ukur atau setidaknya untuk evaluasi. Beberapa perilaku mudah untuk diukur atau dievaluasi daripada perilaku yang lainnya. Misalnya, setelah siswa telah belajar sebuah logaritma baru matematika, guru bisa meminta mereka untuk melengkapi beberapa masalah. Kompetensi seorang siswa pada pemecahan masalah matematika adalah mudah untuk diukur. Meskipun demikian, setelah guru mengajar satu unit kreativitas, bisa meminta setiap siswa untuk mendemonstrasikan kapabilitas barunya dengan kreativitas dengan menuliskan sebuah paragraph kreatif. Mengevaluasi sebuah paragraph tertulis siswa untuk kreatif adalah lebih sulit untuk di evaluasi dari pada dalam hal memberikan skor dalam matematika.
Guru juga perlu untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan dalam mengamati perilaku nonverbal. Sekali waktu, siswa akan secara khusus mengatakan kepada guru bahwa mereka bingung dan akan bertanya tentang penjelasan selanjutnya. Meskipun demikian, di lain waktu, siswa tidak akan mengatakan kebingungan mereka pada guru. Oleh karena itu, perlu belajar untuk membaca petunjuk nonverbal dari siswa. Guru perlu untuk mempelajari untuk mengetahui tanda-tanda kebingungan, frustasi dan tidak perhatian. Jika kesulitan membaca atau mengetahui tanda-tanda nonverbal ini, guru bisa secara khusus menanyakan kepada siswa tentang pemahaman atau kebingungan mereka.
- Validitas Pertanyaan
Masalah pemilihan sebuah perilaku yang tepat untuk diamati dapat dirujuk sebagai validitas pertanyaan. Apakah guru mampu untuk menunjukkan bahwa perilaku yang amati sebenarnya merefleksikan pembelajaran atau kemampuan yang sesuai? Meskipun hal ini sekali waktu sulit untuk di demonstrasikan, cara yang paling sederhana untuk meyakinkan validitas adalah dengan memiliki rangkaian kompetensi dasar (tujuan) yang dikembangkan dengan baik dan meyakinkan bahwa ada kesesuaian antara tujuan (kompetensi dasar) dan pertanyaan yang guru tanyakan atau perilaku yang anda amati. Sebagai contoh, tujuan (kompetensi dasar) untuk mata pelajaran sosial kelas 5 adalah: siswa mampu mengidentifikasi bahwa, kapal yang ditumpangi oleh Christophes Columbus dalam perjalanan pertamanya ke amerika, dia menngunakan tiga kapal yang bernama Nina, Pinta, dan Santa Maria. Pertanyaan yang valid akan meminta siswa untuk mengidentifikasi nama-nama dari ketiga kapal tersebut. Meskipun demikian, pertanyaan tentang panjang kapal bukanlah pertanyaan yang valid untuk tujuan atau kompetensi dasar yang telah disebutkan sebelumnya.
- Reliabilitas Pertanyaan
Observasi dan pertanyaan informal juga perlu menunjukkan reliablitas atau konsistensi. Cara yang paling sederhana untuk meningkatkan reliabilitas sebuah penilaian informal adalah dengan meningkatkan jumlah observasi yang guru buat atau pertanyaan yang di tanyakan pada setiap siswa. Daripada bertanya pada seorang siswa satu pertanyaan, hasil akan lebih reliable jika bertanya pada seorang siswa dengan dua pertanyaan atau lebih dalam topik yang sama. Berapa banyak pertanyaan yang harus guru tanyakan atau berapa banyak observasi yang harus di lakukan? Jika outcome dari penilaian informal tidak terlalu penting, kemudian bisa membuat observasi yang lebih sedikit atau hanya menayakan pertanyaan lebih sedikit. Meskipun demikian, jika ingin membuat perubahan yang substansial pada pengajaran atau keputusan-keputusan penting tentang siswa, kemudian menginginkan jaminan yang lebih besar akan reliabilitas dan harus menanyakan lebih banyak pertanyaan dan atau membuat lebih banyak observasi.
Guru juga bisa meningkatkan reliabilitas penilaian informal dengan mengamati dan bertanya pada banyak siswa yang berbeda pada kelas-kelas. Jika guru hanya mengamati beberapa siswa, kemudian beberapa kesimpulan yang dibuat berdasarkan observasi-observasi tersebut mungkin tidak mewakili dengan baik. Kesimpulan-kesimpulan guru mungkin hanya menggambarkan beberapa siswa yang di amati dan bukan siswa yang lainnya dalam kelas. Semakin banyak siswa yang amati, semakin baik kesimpulan yang akan capai dan akan mewakili keseluruhan kelas. Sebagai tambahan, jangan selalu bertanya dan mengamati siswa yang sama di setiap waktu, pemilihan siswa secara acak secara umum akan menghasilkan kesimpulan yang lebih reliabel.
Tehnik-Tehnik Untuk Penilaian Informal Yang Efektif
a. Perencanaan Penialaian Informal
Penialaian informal harus dimasukkan dalam rencana pembelajaran guru. Ketika mengembangkan pelajaran, rencanakan untuk memasukkan tehnik penilaian informal. Masukkan tehnik penilaian informal dalam standar kompetensi (goals) dan kompetensi dasar (objective) dan gunakan beragam tehnik penilaian. Meskipun demikian, guru juga harus memiliki rencana berkelanjutan. Jika dalam sebuah pelajaran, siswa tampaknya bingung, akan sangat membantu jika kita menggunakan tehnik penilaian informal untuk mencari tahu sumber kebingungan siswa sebelum melanjutkan pelajaran tersebut.
b. Menggunakan Penilaian Informal sesering mungkin
Ketika anda mengajar, gunakanlah penilaian informal sesering mungkin. Guru akan di untungkan dengan menggunakan penilaian informal yang lebih sering.
c. Menjaga interaksi positif dengan siswa
Tehnik penilaian informal akan berfungsi dengan baik ketika siswa menerima guru sebagai orang yang dapat membantu. Siswa harus percaya bahwa observasi terhadap perilaku mereka dan pertanyaan guru adalah di rancang untuk membantu mereka belajar dengan lebih baik pada sebuah materi dan menjadi lebih baik pada keterampilan-keterampilan yang mereka pelajari. Guru tentu tidak ingin siswa merasa takut setiap kali mengamati atau bertanya pada mereka. Mereka hanya perlu percaya bahwa tidak ada masalah jika mereka merasa bingung atau membuat kesalahan bahwa alasan guru menanyakan pertanyan dan mengamati mereka adalah untuk membantu mereka mengatasi kebingungan mereka.
Ini juga berarti bahwa anda harus berhati-hati ketika menanggapi mereka. Mereka (para siswa) tidak boleh merasa bahwa guru akan mengkritik atau mempermalukan mereka. Guru berada di sana untuk membantu mereka.
Ketika membahas menjaga interaksi positif yang baik dengan siswa, mari kita pertimbangkan “wait-time”. Dalam “wait-time” ini, guru harus menunggu 5 sampai 15 detik untuk mendapatkan respon (Riley, 1986). Ketika guru menunjukkan lebih banyak kesabaran, biasanya siswa dapat mepersiapkan jawaban yang lebih baik.
d. Menggunakan hasil penilaian informal untuk mengubah instruksi
Siswa memerlukan kepercayaan bahwa jawaban-jawaban yang mereka sediakan untuk pertanyaan-pertanyaan guru dan perilaku-perilaku yang diamati adalah penting untuk guru. Satu cara untuk meyakinkan mereka adalah bahwa apa yang mereka lakukan adalah penting untuk mengubah instruksi berdasarkan apa yang guru dengar dan amati. Ketika mereka (para siswa) melihat guru memperhatikan sumber kebingungan mereka dan dengan sebenar-benarnya melakukan sesuatu untuk membantu mereka, mereka melihat bahwa proses tersebut akan sangat membantu, dan akan lebih berpartisipasi pada interaksi tersebut. Sebagai hasilnya, instruksi akan menjadi lebih baik.
Linn, R.L., dan Gronlund, N.E. (1995). Measurement and Assessment in Teaching. New Jersey: Prentice Hall.
Popham, W.J. (1995) Classroom Assessment, What Teachers Need to Know. Boston: Allyn & Bacon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar