Berkaitan dengan postingan sebelumnya>>
Perangkat penilaian psikomotor yang baik adalah yang dapat menilai kemampuan seseorang dengan kesalahan penilaian yang sekecil-kecilnya dan secara adil dan
transparan. Oleh karena
itu diperlukan sistem penilaian yang adil yang memberikan perlakuan yang
mempertimbangkan kompetensi untuk semua siswa, sehingga siswa yang mempunyai
kompetensi yang sama akan memperoleh nilai dan skor yang sama, pada skala ukur
dan penilaian yang sama. Siswa yang pandai akan mempunyai nilai lebih
baik daripada siswa yang kurang pandai.
Dengan demikian variasi skor dan nilai yang diperoleh menggambarkan variasi
kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah diajarkan, sehingga
diperlukan suatu teknik penilaian yang baik dan benar.
Mengacu pada Pasal 25 (4) Peraturan
Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian seyogyanya mengembangkan
kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap),
kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan).
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) Nomor 20 Tahun 2007 menyebutkan bahwa salah satu
prinsip penilaian adalah menyeluruh dan berkesinambungan. Hal ini berarti bahwa
penilaian oleh guru mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai
teknik penilaian yang sesuai untuk memantau perkembangan kemampuan peserta
didik. Cakupan aspek penilaian yang dimaksud adalah aspek kognitif
(pengetahuan), aspek psikomotor (keterampilan), dan aspek afektif (sikap).
Melihat kenyataan selama ini yang
terjadi, pada umumnya penilaian yang dilakukan oleh pendidik lebih menekankan
pada penilaian ranah kognitif. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena
pendidik kurang memahami penilaian ranah afektif dan psikomotor. Oleh karena
itu, perlu adanya acuan untuk mengembangkan perangkat penilaian psikomotor. Selain
dari itu, mata pelajaran di SMK khususnya SMK tempat penulis melakukan penelitian lebih mengacu
pada aspek keterampilan, namun penilaian yang digunakan dalam menilai hasil
praktik menurut guru elektronika dan penanggung jawab LAB mengatakan bahwa penilaian selama ini hanya pada keberhasilan suatu
proyek (menghasilkan produk) tidak menilai proses pelaksanaan dan presentasi
hasil proyek yang telah dibuat oleh peserta didik, untuk itu sangat diperlukan
perangkat penilaian psikomotor yang baik dalam menilai hasil belajar peserta
didik. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terbatas dengan guru tersebut, peneliti mendapatkan fakta bahwa guru
belum mengetahui secara jelas pembuatan dan penggunaan perangkat penilaian yang
benar, khususnya penilaian psikomotor. Lebih lanjut, berdasarkan pengamatan
langsung yang telah dialami oleh peneliti, bahwa instrumen yang dikeluarkan
oleh BSNP dalam ujian kompetensi tahun 2011 pada SMK tidak memiliki rubrik
penskoran dan lembar penilaian yang tidak objektif. Karena nilai yang diberikan
bagi siswa pada kolom pencapaian kompetensi/ YA 7,0-7,9; 8,0-8,9 dan 9,0-10 dan tidak ada nilai yang jelas bagi
siswa yang tidak tahu dalam melakukan praktik.
Hasil
penelitian Sutrisno dan Nuryanto (2008) menyatakan bahwa “Pemahaman guru tentang sistem
penilaian dengan model KTSP belum sepenuhnya diikuti oleh guru”.
Pendapat ini diperkuat oleh Laporan Umum Hasil Pendampingan dan Monitoring
Pengembangan KTSP di 33 kabupaten/kota pada 33 propinsi oleh Puskur Balitbang
Depdiknas tahun 2007. Dalam abstraknya, laporan ini menyatakan: “... (3)
peserta masih kesulitan dalam memahami konsep-konsep pengembangan KTSP antara
lain KKM, pengembangan silabus, pengembangan RPP, dan penilaian kelas,
....” (Anonim, 2007).
Jika pelaksanaan penilaian (kelas)
di lapangan belum dapat di laksanakan dengan baik, tentu pembelajaran di kelas
belum dapat berlangsung sebagaimana diharapkan. Perlu diketahui bahwa sistem
penilaian yang baik sangat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi siswa
dalam pembelajaran. Namun pada umumnya guru-guru belum memberikan perhatian
yang serius dalam penyusunan perangkat penilaian, khususnya penilaian
psikomotor (Ujian Kompetensi), sehingga selama ini guru hanya melakukan penilaian
psikomotor dengan cara subjektif tanpa memikirkan kriteria apa yang seharusnya
untuk dinilai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar