Jumat, 21 September 2012

Latar Belakang Penilaian Psikomotor di Sekolah


Berkaitan dengan postingan sebelumnya>>
Perangkat penilaian psikomotor yang baik adalah yang dapat menilai kemampuan seseorang dengan kesalahan penilaian yang sekecil-kecilnya dan secara adil dan transparan. Oleh karena itu diperlukan sistem penilaian yang adil yang memberikan perlakuan yang mempertimbangkan kompetensi untuk semua siswa, sehingga siswa yang mempunyai kompetensi yang sama akan memperoleh nilai dan skor yang sama, pada skala ukur dan penilaian yang sama. Siswa yang pandai akan mempunyai nilai lebih baik daripada siswa yang kurang pandai. Dengan demikian variasi skor dan nilai yang diperoleh menggambarkan variasi kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran yang telah diajarkan, sehingga diperlukan suatu teknik penilaian yang baik dan benar.
Mengacu pada Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa kompetensi lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti bahwa pembelajaran dan penilaian seyogyanya mengembangkan kompetensi peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif (pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan).
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 Tahun 2007 menyebutkan bahwa salah satu prinsip penilaian adalah menyeluruh dan berkesinambungan. Hal ini berarti bahwa penilaian oleh guru mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. Cakupan aspek penilaian yang dimaksud adalah aspek kognitif (pengetahuan), aspek psikomotor (keterampilan), dan aspek afektif (sikap).
Melihat kenyataan selama ini yang terjadi, pada umumnya penilaian yang dilakukan oleh pendidik lebih menekankan pada penilaian ranah kognitif. Hal ini kemungkinan besar disebabkan karena pendidik kurang memahami penilaian ranah afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, perlu adanya acuan untuk mengembangkan perangkat penilaian psikomotor. Selain dari itu, mata pelajaran di SMK khususnya SMK tempat penulis melakukan penelitian lebih mengacu pada aspek keterampilan, namun penilaian yang digunakan dalam menilai hasil praktik menurut guru elektronika dan penanggung jawab LAB mengatakan bahwa penilaian selama ini hanya pada keberhasilan suatu proyek (menghasilkan produk) tidak menilai proses pelaksanaan dan presentasi hasil proyek yang telah dibuat oleh peserta didik, untuk itu sangat diperlukan perangkat penilaian psikomotor yang baik dalam menilai hasil belajar peserta didik. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terbatas dengan guru tersebut, peneliti mendapatkan fakta bahwa guru belum mengetahui secara jelas pembuatan dan penggunaan perangkat penilaian yang benar, khususnya penilaian psikomotor. Lebih lanjut, berdasarkan pengamatan langsung yang telah dialami oleh peneliti, bahwa instrumen yang dikeluarkan oleh BSNP dalam ujian kompetensi tahun 2011 pada SMK tidak memiliki rubrik penskoran dan lembar penilaian yang tidak objektif. Karena nilai yang diberikan bagi siswa pada kolom pencapaian kompetensi/ YA 7,0-7,9;  8,0-8,9  dan 9,0-10 dan tidak ada nilai yang jelas bagi siswa yang tidak tahu dalam melakukan praktik.  
Hasil penelitian Sutrisno dan Nuryanto (2008) menyatakan bahwa “Pemahaman guru tentang sistem penilaian dengan model KTSP belum sepenuhnya diikuti oleh guru”. Pendapat ini diperkuat oleh Laporan Umum Hasil Pendampingan dan Monitoring Pengembangan KTSP di 33 kabupaten/kota pada 33 propinsi oleh Puskur Balitbang Depdiknas tahun 2007. Dalam abstraknya, laporan ini menyatakan: “... (3) peserta masih kesulitan dalam memahami konsep-konsep pengembangan KTSP antara lain KKM, pengembangan silabus, pengembangan RPP, dan penilaian kelas, ....” (Anonim, 2007).
Jika pelaksanaan penilaian (kelas) di lapangan belum dapat di laksanakan dengan baik, tentu pembelajaran di kelas belum dapat berlangsung sebagaimana diharapkan. Perlu diketahui bahwa sistem penilaian yang baik sangat berpengaruh terhadap peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran. Namun pada umumnya guru-guru belum memberikan perhatian yang serius dalam penyusunan perangkat penilaian, khususnya penilaian psikomotor (Ujian Kompetensi), sehingga selama ini guru hanya melakukan penilaian psikomotor dengan cara subjektif tanpa memikirkan kriteria apa yang seharusnya untuk dinilai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar